ASI is The Best Choice For My Baby

Lilypie Breastfeeding tickers

Rabu, 05 Januari 2011

ASFIKSIA NEONATORUM




A.    PENGERTIAN
Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Asfiksia berarti hipolesia yang progresif karena gangguan pertukaran gas serta transfor O2 dan ibu kejanin sehingga terdapat gangguan dalam persediaan O2 dan dalam menghilangkan CO2.

B.    ETIOLOGI
1.    Asfiksia intra uterin
2.    Bayi kurang bulan
3.    Obat-obat yang diberikan/diminum oleh ibu
4.    Penyakit neuromuscular bawaan (congenital)
5.    Cacat bawaan
6.    Hipoksia intrapartum


C.    DERAJAT BERAT RINGANNYA ASFIKSIA
a.    Normal bila nilai APGAR 7 – 10
b.    Asfiksia sedang bila nilai APGAR score 4 – 6
c.    Asfiksia berat bila nilai APGAR score 0 – 3

D.    TANDA DAN GEJALA
- Apnu primer         :     Pernafasan cepat, denyut nadi menurun dan tonus   neuromuscular menurun
-Apnu sekunder      :    Apabila asfiksia berlanjut, bagi menunjukkan pernafasan megap-megap yang dalam, denyut jantung terus menurun, bayi terlihat lemah (pasif), pernafasan makin lama makin lemah
E.    FAKTOR PREDISPOSISI
-    Ibu :
1.    Gangguan his misalnya hipertoni dan tetani
2.    Hipotensi mendadak pada ibu karena pendarahan misalnya plasenta previa
3.    Hipertensi pada eklamsi
4.    Gangguan mendadak pada plasenta seperti salutio plasenta
-    Janin :
1.    gangguan aliran darah dalam tali pusat karena tekanan tali pusat
2.    Depresi pernafasan karena obat-obat anastesi/analgesik yang diberikan kepada ibu, pendarahan intrakranial dan kelainan bawaan
3.    Ketuban keruh/meconium

F.    DIAGNOSIS
Diagnosis hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan dengan ditemukannya tanda-tanda gawat janin. Tiga hal perlu mendapat perhatian:
1.    Denyut jantung janin
Frekuensi normal adalah antara 120 dan 160 denyut semenit, selama his frekuensi ini bias turun, tetapi diluar his kembali lagi kepada keadaan semula. Peningkatan kecepatan dnyut jantung umumnya tidak besar artinya, akan tetapi apabila frekuensi turun sampai dibawah 100x semenit di luar his dan lebih-lebih jika tidak teratur, hal itu merupakan tanda bahaya.
2.    Mekanisme dalam air ketuban
Mekoneum pada presentasi-sungsang tidak ada artinya, akan tetapi pada presentasi kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenasi dan harus menimbulkan kewaspadaan. Asanya mekoneum dalam air ketuban pada presentasi-kepala dapat merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan bila hal itu dapat dilakukan dengan mudah.
3.    Pemeriksaan pH darah janin
Dengan menggunakan amnioskopi yang dimasukkan lewat serviks dibuat sayatan kecil pada kulit kepala janin dan diambil contoh darah janin. Darah ini diperiksa pH-nya. Adanya asidosis menyebabkan turunnya pH. Apabila pH itu sampai turun dibawah 7,2 hal itu dianggap sebagai tanda bahaya oleh beberapa penulis.

G.    PENATALAKSANAAN AWAL ASFIKSIA
1.    Cegah pelepasan panas yang berlebihan, keringkan (hangatkan) dengan menyelimuti seluruh tubuhnya terutama bagian kepala dengan handuk yang kering
2.    Bebaskan jalan nafas : atur posisi-isap lendir
Bersihkan jalan nafas bayi dengan hati-hati dan pastikan bahwa jalan nafas bayi bebas dari hal-hal yang dapat menghalangi masuknya udara kedalam paru-paru. Hal ini dapat dilakukan dengan :
-    Extensi kepala dan leher sedikit lebih rendah dari tubuh bayi
-    Hisap lendir/cairan pada mulut dan hidung bayi sehingga jalan nafas bersih dari cairan ketuban, mekonium/lendir dan darah menggunakan penghisap lendir DeLee
3.    Rangsangan taktil
Bila mengeringkan tubuh bayi dan penghisap lendir/cairan ketuban dari mulut dan hidung yang pada dasrnya merupakan tindakan rangsangan belum cukup untuk menimbulkan pernafasan yang adekuat pada bayi baru lahir dengan penyulit, maka diperlukan rangsangan taktil tambahan. Selama melakukan rangsangan taktil, hendaknya jalan nafas sudah dipastikan bersih. Walaupun prosedur ini cukup sederhana tetapi perlu dilakukan dengan cara yang betul. Ada 2 cara yang memadai dan cukup aman untuk memberikan rangsangan taktil yaitu :
1.    Menepuk atau menyentil telapak kaki dan menggosok punggung bayi. Cara ini sering kali menimbulkan pernafasan pada bayi yang mengalami depresi pernafasan yang ringan.
2.    Cara lain yang cukup aman adalah melakukan penggosokan pada punggung bayi secara cepat, mengusap atau mengelus tubuh , tungkai dan kepala bayi juga merupakan rangsangan taktil, tetapi rangsangan yang ditimbulkan lebih ringan dari menepuk, menyentil atau menggosok. Prosedur ini tidak dilakukan pada bayi-bayi dengan apnu, hanya dilakukan pada bayi-bayi yang telah berusaha bernafas. Elusan pada tubuh bayi, dapat membantu untuk meningkatkan frekuensi dan dalamnya pernafasan.

                    DAFTAR PUSTAKA
Winknjosastro, H. 199
    Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.

Saefuddin, B.A. 2001
Buku Acuan Nasional, Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.

Depkes, 2001
    Pelatihan Asuhan Persalinan Normal, Buku Acuan, Jakarta.

Minggu, 02 Januari 2011

BAYI BARU LAHIR

2.1              Konsep dasar bayi baru lahir
2.1.1        Pengertian
Bayi baru lahir adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu – 42 minggu dengan berat badan lahir 2500 gram sampai 4000 gram. (Tim Pusdiknakes Depkes RI, 1993 )
Bayi baru lahir adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterine. (Jumiarni, 1995 : 52-53)
Bayi baru lahir adalah bayi yang berusia dari lahir sampai 4 minggu, biasanya hingga usia gestasi 38 – 42 minggu. (Donna wong, 2003 : 115)
Bayi baru lahir adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 – 42 minggu dengan berat badan lahir 2500 – 4000 gram. (Depkes RI, 2004)

2.1.2        Klasifikasi bayi baru lahir
2.1.2.1  Menurut usia
  1. Bayi premature
Sering disebut bayi dengan berat badan lahir rendah yaitu antara 1000 – 2499 gram atau kurang dari 2500 gram. Bayi dengan berat badan rendah dapat dibagi menjadi 2 golongan :
1)      Prematur murni
Bayi yang akan lahir pada usia kehamilan 28 – 37 minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan usia kehamilan tersebut.
Penyebab :
1)   Faktor ibu : usia ibu saat hamil kurang dari 20 tahun, psikologi ibu, trauma fisik, toksemia gravidarum.
2)   Faktor janin : kehamilan ganda, hidramnion, ketuban pecah dini.
3)   Faktor lingkungan : tempat tinggal, radiasi, zat-zat racun.


2)      Dismatur
Bisa lahir dengan berat badan yang tidak sesuai dengan berat badan bayi pada usia kehamilan dismatur.
Penyebab : Adanya keadaan yang mengganggu pertukaran zat antara ibu dan janin. (Depkes RI, 2004 : 70)

  1. Bayi aterm
Bayi yang lahir pada usia kehamilan 37 – 42 minggu dengan berat badan lahir antara 2500 – 4000 gram.
  1. Bayi postmaturitas
Bayi yang dilahirkan pada usia kehamilan lebih dari 42 minggu.

2.1.2.2  Menurut nilai APGAR
Tabel nilai APGAR
SKOR
0
1
2
A: Appearance colour (warna kulit)
P: Pulse / heart rate (frekuensi jantung)
G: Grimace (reaksi rangsang)

A: Activity (tonus otot)

R: Respiration (usaha napas)
Pucat

Tidak ada

Tidak ada

Lumpuh

Tidak ada
Badan merah ekstrimitas biru
Dibawah 100 x / menit
Sedikit gerakan mimik
Ekstrimitas dalam fleksi sedikit
Lemah / tidak teratur
Seluruh tubuh kemerahan
Diatas 100 x / menit

Menangis / batuk / bersin
Gerakan aktif

Menangis kuat

Penilaian diambil 2 kali yaitu pada menit pertama dan pada menit kelima. Perhitungan pada penilaian menit pertama.
Nilai 0 – 3       : bayi asfiksia berat
Nilai 4 – 6       : bayi asfiksia ringan dan sedang
Nilai 7 – 10     : bayi normal
 
2.1.3        Keadaan klinik bayi normal segera setelah lahir
2.1.3.1  Sistem kardiovaskuler
Setelah lahir, foramen ovale menutup. Duktus arteriosus dan duktus venosus menutup menjadi ligamen. Arteri dan vena umbilikalis, serta arteri hepatika menutup menjadi ligament.
Pernapasan pertama pada bayi baru lahir, pparu-paru berkembang dan menurunkan resistensi vaskuler pulmoner, darah paru mengalir sehingga tekanan arteri pulmoner turun dan tekanan atrium kanan turun. Aliran darah pulmoner kembali meningkat ke jantung dan masuk jantung bagian kiri sehingga tekanan atrium kiri meningkat. Perubahan tekanan disebabkan foramen ovale menutup.
2.1.3.2  Denyut jantung
Saat lahir frekuensi denyut jantung bayi rata-rata 140 x/menit dengan variasi 120 – 160 x/menit. Usia 1 minggu, frekuensi denyut jantung rata-rata 128 x/menit saat tidur dan 163 x/menit saat bangun. Usia 1 bulan, frekuensi denyut jantung rata-rata 138 x/menit saat tidur dan 167 x/menit saat bangun.
2.1.3.3  Tekanan darah
Tekanan darah sistolik bayi baru lahir 78 mmHg dan diastolic rata-rata 42 mmHg. Tekanan sistolik bayi sering menurun sekitar 15 mmHg selama 1 jam pertama setelah lahir. Menangis dan bergerak biasanya menyebabkan peningkatan sistolik.
2.1.3.4  Volume darah dan sistem hematopoesis
Volume darah bervariasi dari 80 – 110 ml/kg selama beberapa hari pertama dan meningkat 2x lipat pada akhir tahun pertama. Hemoglobin bayi baru lahir 14,5 – 22,5 g/dl. Hematokrit 44% - 72%. Sel darah merah 5 – 7,5 juta/mm3. hemoglobin dan sel darah merah menurun smapai kadar rata-rata 11 – 17 gr/dl dan 4,2 – 5,2 juta/mm3 pada akhir bulan pertama. Presentasi hemoglobin janin menurun sampai 55% pada minggu ke-5 dan 5% pada minggu ke-20 karena umur sel yang mengandung hemoglobin janin letak pendek.
Leukosit janin dengan nilai hitung sel darah putih sekitar 18.000/mm3 merupakan nilai normal saat bayi lahir. Leukosit bayi meningkat menjadi 23.000 – 24.000 /mm3 pada hari pertama setelah lahir. Biasanya sel darah putih dipertahankan sekitar 11.500/mm3 selama periode neonatal.


2.1.3.5  Paru-paru
Paru-paru bayi baru lahir cukup bulan mengandung kurang lebih 20 ml cairan per kg berat badan. Setelah pernapasan mulai berfungsi, nafas bayi menjadi dangkal dan tidak teratur, bervariasi 30 – 60 x/menit dengan apnea singkat.
2.1.3.6  Sistem cerna
Bayi baru lahir cukup bulan mampu menelan, mencerna, memetabolisme, mengabsorpsi protein dan karbohidrat sederhana saat mengemulsi lemak. Kapasitas lambung bayi baru lahir bervariasi dari 30 – 90 ml. Kemampuan bayi baru lahir mencerna karbohidrat, lemak dan protein diatur beberapa enzim, kebanyakan sudah berfungsi saat bayi lahir kecuali enzim amilase yang sudah diproduksi oleh kelenjar saliva setelah 3 bulan dan oleh pancreas pada usia 6 bulan. Mekonium berwarna hijau kehitaman, konsistensi kental, mengandung darah samar. Jumlah feses bayi baru lahir paling banyak adalah antara hari ke-3 dan ke-6. jumlah feses berkurang pada minggu ke-2 yaitu dari 5 – 6 x/hari menjadi 1 -2 x/hari.
2.1.3.7  Sistem hepatika
Bayi baru lahir memiliki kapasitas fungsional untuk mengubah bilirubin, walaupun demikian, kebanyakan bayi mengalami hiperbilirubinemia fisiologis. Hiperbilirubinemia fisiologis atau ikterik neonatal merupakan kondisi yang normal pada 50% bayi baru lahir cukup bulan dan 80% pada bayi premature. Ikterik pertama terlihat pada bayi aterm setelah 24 jam dan hilang pada hari ke-7 sedangkan pada bayi premature muncul setelah 48 jam dan hilang pada hari ke-9 atau ke-10. Konsentrasi bilirubin tidak terkonjugasi dalam serum tidak lebih dari 12 mg/ 100 ml, baik pada bayi aterm maupun bayi premature.bilirubin terkonjugasi tidak lebih dari 1 – 1,5 mg/ 100 ml. Peningkatan konsentrasi bilirubin tiap hari, tidak lebih dari 5 mg/ 100 ml. Kadar bilirubin lebih dari 12
mg/ 100 ml menunjukkan kegagalan fisiologis berat atau suatu penyakit.

2.1.3.8  Sistem imun
Pada 3 bulan pertama bayi dilindungi oleh kekebalan pasif dari ibu. Barier alami seperti asam lambung atau produksi pepsin dan tripsin belum berkembang dengan  baik sampai 3 atau 4 bulan. Bayi menyusui dapat kekebalan pasif dari kolostrum dan ASI.

2.1.3.9  Sistem reproduksi
  1. Perempuan
Bayi baru lahir cukup bulan, labia mayora dan labia minora menutupi vestibulum. Bayi prematur, klitoris menonjol, labia mayora kecil dan terbuka. Tag pada vagina sering ditemukan, tetapi tidak mempunyai makna klinis.
  1. Laki-laki
Testis turun ke dalam skrotum pada 90% bayi baru lahir dan presentasi ini menurun pada bayi premature. Terdapat rugae yang melapisi kantong skrotum.
2.1.3.10    Sistem skelet
Kepala bayi cukup bulan berukuran ¼ panjang tubuh, lengan sedikit lebih panjang dari tungkai. Wajah relatif lebih kecil terhadap ukuran  tengkorak. Pada bayi baru lahir, lutut sering berjauhan saat kaki diluruskan dan tumit disatukan sehingga tungkai bawah terlihat agak melengkung.
2.1.3.11    Sistem neuromuskuler
Otak perlu glukosa sebagai energi dan suplai oksigen dalam jumlah besar untu proses  metabolisme yang adekuat. Sehingga perlu pengkajian cermat tentang kemampuan bayi pertahankan proses.
Aktivitas motorik spontan dapat muncul dalam bentuk tremor sementara di mulut dan dagu terutama waktu menangis, pada ekstremitas terutama lengan dan tangan. (Bobak, 2004 : 364 – 374)

2.1.4        Perubahan yang terjadi pada bayi baru lahir
2.1.4.1  Perubahan suhu tubuh
Segera setelah bayi baru lahir, bayi akan berada di tempat yang suhu lingkungannya lebih rendah dari lingkungan dalam rahim. Suhu tubuh neonatus yang normal yaitu 36,5 0C sampai 37 0C, bila bayi dibiarkan dalam suhu kamar (250C) maka bayi akan kehilangan panas melalui evaporasi (penguapan), konveksi dan radiasi sebanyak 200 kal/kg BB/menit dan hal tersebut akan menyebabkan penurunan suhu tubuh sebanyak 20C dalam waktu 15 menit.
Akibat dari suhu yang rendah metabolisme jaringan akan meningkat dan berakibat lebih mudah terjadi asidosis metabolic berat sehingga kebutuhan oksigen akan meningkat, untuk mengurangi kehilangan panas tersebut dapat ditanggulangi dengan mengatur suhu lingkungan yaitu dengan membungkus badan bayi dengan kain hangat dan membungkus kepala bayi.
2.1.4.2  Perubahan sistem sirkulasi
Perkembangan paru-paru akan menyebabkan tekanan O2 di dalam alveoli meningkat, dan tekanan CO2 menurun. Hal ini mengakibatkan aliran darah ke paru-paru meningkat, akhirnya darah dari arteria pulmonalis mengalir ke paru-paru dan duktus arteriosus menutup.
Dengan terpotongnya tali pusat, arterii dan vena umbilikalis menciut, aliran darah dari plasenta melalui vena cava superior dan foramen oval eke atrium kiri terhenti, paru-paru mulai berfungsi.
Dengan masuknya darah dari paru-paru ke dalam atrium kiri, tekanan atrium kiri menjadi lebih tinggi daripada tekanan di atrium kanan. Hal ini menyebabkan foramen ovale menutup, sirkulasi janin berubah menjadi sirkulasi bayi yang hidup di luar badan ibu.
2.1.4.3  Perubahan sistem pernapasan
Pernapasan pada bayi baru lahir tidak teratur kedalaman, kecepatan dan iramanya serta bervariasi dari 30 sampai 60 kali per menit dan pernapasan yang normal
pertama kali bernapas 30 detik sesudah kelahiran. Pernapasan ini terjadi akibat adanya aktivitas normal dari susunan saraf pusat dan perifer yang dibantu oleh beberapa rangsangan lainnya, misalnya tekanan mekanis pada toraks sewaktu melalui jalan lahir, penurunan PaO2 dan kenaikan PaCO2 merangsang kemoreseptor yang terletak di sinus karotis, rangsangan dingin di daerah muka dapat merangsang permukaan pernapasan.
Sebagaimana halnya kecepatan nadi, pernafasan juga dipengaruhi oleh hal-hal seperti menangis, normalnya pernafasan adalah tenang, cepat dan melambat. Pernafasan mudah diamati dengan gerakan abdomen karena pernafasan neonatus sebagian besar dibantu oleh diafragma dan otot-otot abdomen.
Tekanan pada rongga dada bayi sewaktu melalui jalan lahir pervaginam mengakibatkan kehilangan setengah dari jumlah cairan yang ada di paru-paru (paru-paru dada bayi yang normal dan cukup bulan mengandung 80-100 ml cairan ) sehingga sesudah bayi lahir cairan yang hilang diganti dengan udara, paru-paru berkembang dan rongga dada kembali ke bentuk semula.

2.1.4.4  Perubahan metabolisme karbohidrat
Dalam waktu 2 jam setelah lahir akan terjadi penurunan gula darah untuk menambah energi pada jam-jam pertama setelah lahir, diambil dari hasil metabolisme asam lemak sehingga kadar gula darah dapat mencapai 120 mg / 100 ml. (Jumiarni, 1995 : 52-53)

2.1.4.5  Perubahan alat pencernaan, hati, ginjal, dan alat lainnya mulai berfungsi.(Pusdiknakes Depkes RI, 1993 :71)

2.1.5        Karakteristik bayi baru lahir
2.1.5.1  Karakteristik umum
Bentuk tubuh bayi baru lahir seperti besar pada kepala dan badannya dengan tungkai pendek, kecil dan pada yang kecil, lehernya pendek dan goyah, hidungnya datar dan bayi terlihat seperti tak memiliki dagu, telapak kaki kecil, genetalia terlihat membengkak.
Batasan pengukuran normal adalah :
1.      Lingkar kepala
Circum ferentia suboccipito bregmatika   : 32 cm
Circum ferentia fronto occipitalis             : 34 cm
Circum ferentia mento occipitalis             : 35 cm
2.      Lingkar dada 30,5 – 33 cm
3.      Panjang badan 48 – 53 cm
4.      Berat badan 2700 – 4000 gram
5.      Nadi 120 – 160 x/menit
6.      Pernafasan 30 – 60 x/menit

2.1.5.2  Karakteristik khusus
1.      Kulit
Kulit pada bayi baru lahir sangat halus terlihat merah kehitaman karena tipis. Karakteristik pada kulit bayi baru lahir sebagai berikut :
1)      Verniks kaseosa
Kulit dilindungi oleh lemak yang disekresi oleh kelenjar sebasea dan sel-sel epitel, verniks akan menghilang dalam 2-3 hari.
2)      Milia
Bintik keputihan yang khas terlihat di hidung, dahi dan pipi bayi baru lahir, setelah 2 minggu ketika kelenjar keringat mulai bersekresi, millia secara bertahap menghilang.
3)      Lanugo
Rambut halus yang melapisi janin pada saat dalam kandungan, rambut lanugo akan semakin tampak pada bayi baru lahir prematur.
4)      Payudara
Payudara pada bayi laki-laki maupun perempuan mungkin terlihat membesar karena banyaknya hormone wanita dari darah ibu.
5)      Genetalia
Pada laki-laki testis sudah turun ke dalam skrotum, sedangkan pada perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora.
6)      Eliminasi
Eliminasi BAB, BAK akan keluar dalam 24 jam pertama mekonium berwarna hitam kecoklatan. (Manajemen BBL, 2003)

2.1.6        Macam-macam refleks pada bayi baru lahir
2.1.6.1  Moro refleks (0 – 2 bulan)
Reflek ini timbul bila bayi diangkat atau direnggut secara kasar dari gendongannya. Ia kemudian seolah-olah mendekatkan tubuhnya pada orang yang mendekapnya. Perpindahan posisi yang tiba-tiba biasanya akan membuat bayi cemas. Refleks yang menyertainya berupa gerakan melengkungkan tubuh (bagian punggung) dan mendongakkan kepala ke arah pertama.
2.1.6.2  Rooting refleks (0 – 6 bulan)
Bila daerah sekitar mulut bayi disentuh maka bayi akan segera membuka mulutnya dan memiringkan kepalanya ke arah yang menyentuh. Hal ini akan dilakukan bila kita menyentuhkan puting susu atau dot ke ujung mulutnya, gerakan ini kemudian diikuti oleh gerakan menghisap.
2.1.6.3  Grasping refleks (0 – 2 bulan)
Bila jari kita menyentuh telapak tangan maka jari-jarinya akan langsung mengenggam dengan kuat. Begitu kuatnya genggaman ini sehingga bayi dapat diangkat dengan kedua telapak tangannya yang menggenggam jari-jari kita.

2.1.6.4  Stapping refleks (0 – 2 bulan)
Suatu refleks kaki spontan apabila bayi tersenut diangkat tegak dan kakinya satu persatu pada suhu dasar maka bayi akan melakukan gerakan melangkah bersifat refleks seolah-olah belajar berjalan.
2.1.6.5  Tonic neck refleks (0 – 2 bulan)
Gerakan spontan otot kuduk pada bayi normal dimana bila bayi ditengkurapkan maka secara spontan bayi akan memiringkan kepalanya.
2.1.6.6  Babinsky refleks (0 – 8 bulan)
Reflek ini terutama pada kaki , bila telapak kaki bayi  disentuh dengan  tangan atau benda dari tungkai kea rah jari-jari maka telapak kaki atau jari akan dibengkokkan kea rah sentuhan tersebut.
2.1.6.7  Sucking refleks (0 – 6 bulan)
Gerakan menghisap yang dilakukan oleh bayi bila mulut bayi disentuhkan dengan putting susu atau dot.
2.1.7        Asuhan bayi baru lahir
Dalam waktu setengah jam, bila bayi tidak mengalami masalah apapun, berikanlah asuhan sebagai berikut :
2.1.7.1  Pertahankan suhu tubuh bayi
1.      Bersihkan tubuh bayi dari kotoran dan darah yang menempel. Hindari memandikan bayi hingga sedikitnya 6 jam dan hanya setelah itu jika tidak terdapat masalah medis dan jika suhunya 36,50C atau lebih.
2.      Bungkus bayi dengan kain yang kering dan hangat, kepala bayi harus ditutup.
2.1.7.2  Berikan vitamin K
Untuk mencegah terjadinya perdarahan karena defisiensi vitamin K pada bayi baru lahir lakukan hal-hal berikut :
  1. Semua bayi baru lahir normal dan cukup bulan perlu diberi vitamin K per oral 1 mg/ hari selama 3 hari.
  2. Bayi risiko tinggi diberi vitamin K parenteral dengan dosis 0,5 – 1 mg I.M.
2.1.7.3  Identifikasi bayi
Alat pengenal untuk memudahkan identifikasi bayi sebaiknya kebal air dengan tepi yang halus tidak mudah melukai tidak mudah sobek dan tidak mudah lepas.
Pada alat atau gelang, identifikasi harus tercantum : nama (bayi,ibunya), tanggal lahir, no.register bayi, jenis kelamin, unit.
Di setiap tempat tidur harus diberi tanda dengan mencantumkan nama, tanggal lahir, no.identifikasi.
Sidik telapak kaki bayi dan sidik jari ibu harus dicetak di catatan yang tidak mudah hilang.
Ukurlah berat lahir, panjang bayi, lingkar kepala, lingkar perut dan catat dalam rekam medik.
2.1.7.4  Lakukan perawatan tali pusat
1.      Pertahankan sisa tali pusat dalam keadaan terbuka agar terkena udara dan tutupi dengan kassa bersih secara longgar.
2.      Lipatlah popok di bawah sisa tali pusat.
3.      Jika tali pusat terkena kotoran atau tinja, cuci dengan air bersih dan sabun dan keringkan.
2.1.7.5  Ajarkan tanda-tanda bahaya pada bayi baru lahir
1)      Pernapasan sulit atau kurang dari 60 x/menit
2)      Kehangatan terlalu panas (> 380C atau terlalu dingin <360C)
3)      Warna kuning (terutama pada 24 jam pertama) biru, pucat, memar.
4)      Hisapan lemah, mengantuk berlebihan, banyak muntah.
5)      Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk dan berdarah
6)      Tanda infeksi : suhu meningkat, merah, bengkak, keluar cairan (nanah)
7)      Tidak berkemih dalam 24 jam, tinja lembek, sering hijau tua, ada lendir atau darah pada tinja.
8)      Menggigil atau menangis tidak biasa, sangat mudah tersinggung lemas, terlalu mengantuk, lunglai, kejang-kejang halus tidak bisa tenang, menangis terus menerus. (Sarwono, 2006, 133 – 134)

Sabtu, 01 Januari 2011

SOLUSIO PLASENTA



1.1       Definisi
Abrupsio plasenta (pelepasan plasenta prematur) didefinisikan sebagai lepasnya plasenta yang tertanam normal dari dinding uterus baik lengkap maupun parsial pada usia kehamilan 20 minggu atau lebih. Sinonimnya adalah perdarahan asidental, ablasio plasentae, dan apopleksi. (Benzion Taber, 1994 : 330).
Solusio plasenta ialah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada uterus, sebelum janin dilahirkan. Definisi ini berlaku pada kehamilan dengan masa gestasi di atas 22 minggu atau berat janin diatas 500 gram. Proses solusio plasenta dimulai dengan terjadinya perdarahan dalam desibua basalis yang menyebabkan hematoma retroplasenter. (Sarwono, 2006 : 166).
Solusio plasenta adalah pelepasan sebagian atau seluruhnya plasenta yang normal implantasinya antara minggu 22 dan lahirnya anak (Unpad, 1984 : 120).
Solusio plasenta ialah terlepasnya palsenta yang letaknya normal pada korpus uteri sebelum janin lahir. Biasanya terjadi dalam triwulan ketiga, walaupun dapat terjadi setiap saat dalam kehamilan. Apabila terjadi sebelum kehamilan 20 minggu, mungkin akan dibuat diagnosis abortus imminens.

1.2       Klasifikasi
Plasenta dapat terlepas seluruhnya : Solusio plasenta totalis, atau sebagian : Solusio plasenta parsialis, atau hanya sebagian kecil pinggir plasenta yang sering disebut ruptura sinus marginalis. Perdarahan yang terjadi karena terlepasnya plasenta dapat menyelundupkan ke luar di bawah selaput ketuban yaitu pada Solusio plasenta dengan perdarah keluar, atau tersembunyi di belakang plasenta yaitu pada solusio plasenta dengan perdarahan tersembunyi, atau kedua-duanya, atau perdarahannya menembus selaput ketuban masuk ke dalam kantong ketuban.

1.3       Frekuensi
Solusio plasenta terjadi kira-kira 1 diantara 50 persalinan. Di rumah sakit Dr. Cipto Mangunkusuma antara tahun 1968-1971 Solusio plasenta terjadipada kira-kira 2,1% dari seluruh persalinan, yang terdiri dari 14% Solusio plasenta sedang, dan 86% Solusio plasenta berat. Solusio plasenta ringan jarang didiagnosis, mungkin karena penderita selalu terlambat datang ke rumah sakit, atau tanda-tanda dan gejalanya terlampau ringan, sehingga tidak menarik perhatian penderita maupun dokternya. (Sarwono, 2005 : 377).

1.4       Etiologi
Sebab-sebab terjadinya :
a.       Trauma langsung abdomen
b.      Hipertensi ibu hamil
c.       Umbilikus pendek atau lilitan tali pusat
d.      Tekanan pada vena cava inferior
e.       Pada pre-eklampsia-eklampsia
f.       Saat melakukan versi luar
g.      Saat memecahkan ketuban :
·         Hamil biasa
·         Pada hidramnion
·         Setelah persalinan anak pertama hamil ganda
(Manuaba, 2001 : 449)
Disamping itu ada pengaruh :
-          Umur lanjut
-          Multiparitas
-          Defisiensi ac. Falicum
(Unpad, 19984 : 123).
1.5       Patologi
Perdarahan dapat terjadi dari pembuluh darah plasenta atau uterus yang membentuk hematoma pada desidua, sehingga plasenta terdesak dan akhirnya terlepas.
Apabila perdarahan sedikit, hematoma yang kecil itu hanya akan mendesak jaringan plasenta, peredaran darah antara uterus dan plasenta belum terganggu, dan tanda serta gejalanya pun tidak jelas. Kejadiannya baru diketahui setelah plasenta lahir, yang ada pada pemeriksaan didapatkan cekungan pada permukaan maternalnya dengan bekuan darah lama yang berwarna kehitam-hitaman.
Biasanya perdarahan akan berlangsung terus-menerus karena otot uterus yang telah meregang oleh kehamilan itu tidak mampu untuk lebih berkontraksi menghentikan perdarahannya. Akibatnya, hematoma retroplasenter akan bertambah besar, sehingga sebagaian dan akhirnya dan akhirnya seluruh plasenta terlepas dari dinding uterus. Sebagian darah akan menyelundup di bawah selaput ketuban keluar dari vagina, atau menembus selaput ketuban masuk ke dalam kantong ketuban, atau mengadakan ekstravasasi di antara serabut-serabut otot uterus. Apabila ekstravasasinya berlangsung hebat, seluruh permukaan uterus akan berbercak biru atau ungu. Hal ini disebut uterus Couvelaire, menurut orang yang pertama kali menemukannya.
Uterus seperti itu akan terasa sangat tegang dan nyeri. Akibat kerusakan jaringan miometrium dan pembekuan retroplasenter, banyak tromboplastin akan masuk ke dalam peredaran darah ibu, sehingga terjadi pembekuan intravaskuler di mana-mana, yang akan menghabiskan sebagian besar persediaan fibrinogen. Akibatnya, terjadi hipofibrinogenemi yang menyebabkan gangguan pembekuan darah tidak hanya di uterus, akan tetapi juga pada alat-alat tubuh lainnya. Perfusi ginjal akan terganggu karena syok dan pembekuan intravaskuler. Oliguria dan proteinuria akan terjadi akibat nekrosis tubuli ginjal mendadak yang masih dapat sembuh kembali, atau akibat nekrosis korteks ginjal mendadak yang biasanya berakibat fatal.
Nasib janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas dari dinding uterus. Apabila sebagian besar atau seluruhnya terlepas, anoksia akan mengakibatkan kematian janin. Apabila sebagian kecil yang terlepas, mungkin tidak berpengaruh sama sekali atau mengakibatkan gawat janin.
Waktu, sangat menentukan hebatnya gangguan pembekuan darah, kelainan ginjal dan nasib janin. Makin lama sejak terjadinya solusio plasenta sampai persalinan selesai, makin hebat umumnya komplikasinya (Sarwono, 2005 : 379).

1.6       Gambaran Klinik
1.6.1 Solusio plasenta ringan
Ruptura sinus marginalis atau terlepasnya sebagian kecil plasenta yang tidak berdarah banyak, sama sekali tidak mempengaruhi keadaan ibu ataupun janinnya. Apabila terjadi perdarahan pervaginam, warnanya akan kehitam-hitaman dan sedikit sekali. Perut mungkin terasa agak sakit, atau terus-menerus agak tegang. Walaupun demikian, bagian-bagian janin masih mudah teraba. Uterus yang agak tegang ini harus diawasi terus-menerus apakah akan menjadi lebih tegang lagi karena perdarahan yang berlangsung terus. Salah satu tanda yang menimbulkan kecurigaan solusio plasenta ringan ialah perdarahan pervaginam yang berwarna kehitam-hitaman, yang berbeda dengan perdarahan pada plasenta previa yang berwarna merah segar. Apabila dicurigai keadaan demikian, sebaiknya dilakukan pemeriksaan ultrasonografi.

1.6.2        Solusio plasenta sedang
Dalam hal ini plasenta telah terlepas lebih dari seperempatnya, tetapi belum sampai dua pertiga permukaannya. Tanda dan gejalanya dapat timbul perlahan-lahan seperti solusio plasenta ringan, atau mendadak dengan gejala sakit perut terus-menerus, yang tidak lama kemudian disusul dengan perdarahan pervaginam. Walaupun perdarahan pervaginam tampak sedikit, seluruh perdarahannya mungkin telah mencapai 1000 ml. ibu mungkin telah jatuh ke dalam syok, demikian pula janinnya kalau masih hidup dalam keadaan gawat. Dinding uterus teraba tegang terus-menerus dan nyeri tekan sehingga bagian-bagian janin sukar diraba. Apabila janin masih hidup, bunyi jantungnya sukar didengar dengan stetoskop biasa, harus dengan stetoskop ultrasonik. Tanda-tanda persalinan biasanya tekah ada, dan persalinan itu akan selesai dalam waktu 2 jam. Kelainan pembekuan darah dan kelainan ginjal mungkin telah terjadi, walaupun kebanyakan terjadi pada solusio plasenta berat.

1.6.3        Solusio plasenta berat
Plasenta telah terlepas lebih dari dua permukaannya. Terjadinya sangat tiba-tiba. Biasanya ibu telah jatuh ke dalam syok, dan janinnya telah meninggal. Uterusnya sangat tegang seperti papan dan sangat nyeri.
Perdarahan pervaginam tampaknya tidak sesuai dengan keadaan syok ibunya, malahan perdarahan pervaginam mungkin belum sempat terjadi. Besar kemungkinan telah terjadi kelainan pembekuan darah dan kelainan ginjal
(Sarwono, 2005 : 380-381)

Urinalisis biasanya normal. Proteinuria memberi kesan adanya kaitan dengan preeklampsia. Golongan darah dan rhesus, darah harus dicocoksilang (cross-matched) untuk tujuan transfusi apabila diindikasikan.

1.7       Diagnosis
1.      Nyeri
Kontraksi persalinan sering ada sebagai nyeri kontinu; uterus tetanik
2.      Pendarahan per vaginam
Jarang ada dalam kasus berat
Pendarahan eksternal bervariasi
3.      Bunyi jantung janin berfluktuasi
Hampir selalu melebihi batas-batas normal, umumnya tak ada pada kasus berat
4.      Syok
Nadi lemah, cepat, tekanan darah rendah
Pucat, berkeringat dingin, ekstremitas dingin, kuku biru
Jarang syok tak ada pada kasus berat !
1.8       Diagnosis Banding
Diagnosis banding meliputi plasenta previa, “bloody show”, vasa previa, dan lesi servikal.
Abrupsio plasenta berat harus dibedakan dari ruptur uterus dan kehamilan abdominal yang disertai dengan perdarahan intraabdomen. Kondisi-kondisi yang sangat jarang di mana gejalanya menyerupai pelepasan plasenta adalah hemanginoma yang mengalami ruptur, ruptur vena uteri, ruptur hepatik, ruptur arteri lienalis dan krisis sickle cell.

            PERBEDAAN PLASENTA PREVIA DAN SOLUSIO PLASENTA
No
Perbedaan
Plasenta previa
Solusio plasenta
1.


2.
3.


4.
5.

6.
Nyeri & perdarahan


Warna darah
Keadaan umum


Uterus
Letak janin

Perabaan fornises

Perdarahan mendadak tanpa nyeri
Merah segar
Sesuai dengan perdarahan yang terlihat
Lemas
Biasanya ada kelainan letak
Lunak
Nyeri mendadak di daerah uterus
Merah tua kehitaman
Lebih buruk dari perdarahan yang terlihat
Tegang dan nyeri
Biasanya normal

Keras

1.9       Faktor-Faktor Predisposisi
Meliputi hipertensi (40 – 50% pasien dengan abrupsio plasenta berat sudah cukup untuk membunuh janin yang kaitannya dengan hipertensi), multiparitas, abrupsio sebelumnya (insiden rekurensi rata-rata 10%) dan trauma.

1.10     Komplikasi
a.       Pendarahan karena :
·         Couvelaire uteri.
·         Atonia uteri.
·         Pendarahan pascapartus.
b.      Gangguan pembekuan darah :
·         Intravaskuler koagulasi.
·         Fibrinogen berkurang.
c.       Gangguan alat vital :
·         Kegagalan ginjal akut.
·         Dekompensasio kordis.
·         Sesak napas-emboli paru.
·         Oliguria.
d.      Kematian ibu karena :
·         Pendarahan yang tidak dapat diatasi.
·         Dekompensasi kordis.
·         Mudah terjadi infeksi.
·         Kegagalan ginjal.

1.11          Prognosis
Prognosis ibu tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas dari dinding uterus, banyaknya pendarahan, derajat kelainan pembekuan darah, ada tidaknya hipertensi menahun atau pre-eklampsia, tersembunyi tidaknya pendarahannya, dan jarak waktu antara terjadinya solusio plasenta sampai pengosongan uterus.
Prognosis janin pada solusio plasenta berat hampir 100% mengalami kematian. Pada solusio plasenta ringan dan sedang kematian janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas dari dinding uterus dan tuanya kehamilan. Pendarahan yang lebih dari 2000 ml biasanya menyebabkan kematian janin. Pada kasus solusio plasenta tertentu seksio sesarea dapat mengurangi angka kematian janin. Sebagaimana pada setiap kasus pendarahan, persediaan darah secukupnya akan sangat membantu memperbaiki prognosis ibu dan janinnya.

SOLUSIO PLASENTA


 


Faktor risiko
Hipertonia Uteri
Nyeri
Kadar Hemoglobin
Uji pembekuan darah
Pantau produksi urin
Konfirmasi USG


Evalusi keadaan janin
Evaluasi medik dan tanda vital
Anemia dan koagulopati

Singkirkan plasenta
previa atau abdomen
akut lainnya
Kondisi bayi


Hidup
Mati




Gawat janin
Normal
Kondisi serviks









Pembukaan lengkap bagian terendah di dasar panggul
Nilai pelvik
tidak memadai
Kaku/rigid
Pembukaan 1 jari
Penurunan H II-III
Lunak
Pembukaan > 3 cm
Penurunan H III-IV


Amniotomi
percepat kala II
SEKSIO
SESAREA



PARTUS
PERVAGINAM

Amniotomi
Akselerasi
 (infus oksitosin)


Gambar 14.4 : Penilaian Klinik Solusio Plasenta