ASI is The Best Choice For My Baby

Lilypie Breastfeeding tickers

Sabtu, 01 Januari 2011

SESAK NAPAS

Sesak napas timbul bila kandungan zat asam dalam darah arteri turun di bawah yang diperlukan untuk berfungsinya jaringan – jaringan.

Dyspnoea adalah suatu peningkatkan usaha bernapas yang nyata. Bentuknya bermacam-macam mulai dari dyspnoea fisiologis yang terjadi sementara pada pengeluaran tenaga sampai suatu dyspnoea yang timbul pada waktu istirahat dan menghalangi penderita untuk melakukan suatu usaha apapun.

Orthopnoea adalah dyspnoea yang diperberat bila berbaring dan diperingan bila duduk atau berdiri.

Dispnea atau kesukaran bernapas, paling sering dikeluhkan pasien sebagai napas pendek. Karena pernapasan merupakan kebutuhan primitif, penting dan segera bagi manusia, tidak heran jika dispnea terasa lebih mengganggu bagi pasien dibandingkan gejala lainnya.

Dispnea yang disertai bising mengi (wheezing) mungkin disebabkan oleh asma yang diinduksi oleh olahraga. Meski dispnea nokturnal paroksismal adalah tanda dari gagal ventrikel kiri, namun gejala itu adakalanya dikacaukan dengan asma bronkial. Banyaknya pasien penyakit paru – paru lanjut juga mengeluh dispnea paroksimal dan ortopnea. Cukup sering ditemui sesak napas pendek yang tidak terkait dengan kerja keras dan disebabkan penyakit organik namun berkaitan dengan ansiesta tertentu.

Beberapa pasien yang sangat emosional dengan gejala napas pendek psikogenik akan mengalami hiperventilasi, ini menyebabkan  kadar karbondioksida darah arteri menurun dibawah normal. Hal ini cukup sering terjadi. Napas yang sering dipaksakan cepat disusul dengan perasaan baal ekstemitasnya, kesemutan sekitas mulut, kepala agak pening (kesadaran agak berkabut), namun jarang sampai sinkop total


Penyebab sesak napas :

-                Penyakit jantung
-                Penyakit paru-paru
-                Penyakit darah
-                Keadaan-keadaan lain

1.            PENYAKIT JANTUNG
1.1 ETIOLOGI

Sesak napas timbul pada kegagalan jantung bila jantung gagal untuk memompa keluar cukup darah untuk memberikan kepada jaringan-jaringan zat asam yang diperlukan. Penyebab-penyebab umum kegagalan jantung ialah :
a.       Penyakit katup jantung
b.      Infact myocardial
c.       Fibrilasi atrial
d.      Tachycardia paroxysmal
e.       Pericarditis (terdapat cairan dalam rongga pericardium (pericardial effusion) atau pericarditis constrictiva menghalangi kerja jantung dan menghambat kembalinya darah balik ke jantung )
f.       Penyakit chronis paru-paru

2.            PENYAKIT PARU-PARU

Sesak napas timbul bila penyakit paru-paru menghalangi pengikatan zat asam oleh darah atau menghalangi gerakan pernapasan normal. Hal ini dapat dijumpai pada :

2.1 PNEUMONIA
2.1.1 DEFINISI
Suatu proses inflamasi paru-paru yang diklasifikasikan oleh area yang terlibat dan atau agen penyebab.



Tipe area yang terlibat

Lobar
Bronkopneumonia
Interstisial
Bronkiolitis
Bilateral
Lobus kanan atas (LKaA)
Lobus kanan tengah (LKaT)
Lobus kanan bawah (LKaB)
Lobus kiri atas (LKiA)
Lobus kiri bawah (LKiB)

Agen penyebab

Bakterial
Viral
Mikoplasma
Aspirasi
Kimia
Hipostatik

Pada pneumonia dengan sebab apapun penderita dalam keadaan sakit acute dengan pernapasan cepat dan kenaikan denyut nadi dan suhu.
Penyakit radang paru – paru (Pneumonia) dapat terjadi saat hamil, persalinan atau kala nifas. Pneumonia saat kehamilan memberikan gejala panas badan tinggi, gangguan pernafasan mengganggu pertukaran CO2 dan O2 sehingga membanyakkan pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, sampai dapat terjadi keguguran dan persalinan prematur. Oleh karena itu, bila bidan berhadapan dengan kehamilan yang disertai dengan batuk – batuk, panas badan tinggi atau sesak nafas sebaiknya berkonsultasi dengan dokter untuk pengobatan yang adekuat sehingga kehamilan dapat berlangsung dengan aman.

Asidosis dan hipoksia akan membahayakan jiwa ibu, hasil konsepsi dan menyulitkan persalinan. Karena itu mengenal dan mengobati pneumonia sedini mungkin merupakan tindakan tepat.
-          kala II harus segera diperpendek dengan ekstraksi vakum atau forseps bila janin masih hidup;  dengan embriotomi bila janin sudah mati.

2.1.2 SYMPTOM (GEJALA)
-          Gejala – gejala : demam tinggi, dispnea, sianosis, takikardia, serta pada paru-paru terdengar ronki baah dan kering.
2.1.3  PENANGANAN
·         Pembersihan jalan pernapasan dan bila perlu dipasang selang lambung dan tabung endotrakeal.
·         Memberikan oksigen
·         Obat-obatan : kortison dosis tinggi (1000 mg), aminofilin, antibiotika yang adikuat
2.1.4   SIGNS AND SYMPTOMS OF BREATHING DISTRESS
-          sianosis, sianosis sirkumoral
-          gelisah
-          auskultasi rales, ronki, penurunan bunyi napas
-          demam, menggigil
-          anoreksia
-          muntah
-          nyeri abdomen
-          distensi abdomen
-          mialgia

2.1.5  POTENSIAL KOMPLIKASI
-          efusi pleural (pada pneumokokus atau streptokokus Grup A)
-          Otitis media
-          Meningitis
-          Perikarditis
-          Septikemia
-          Henti napas

2.1.6  PENATALAKSANAAN MEDIS
-          Oksigenasi, lingkungan sejuk dan lembab
-          Pemantau O2 transkutan
-          Fisioterapi transkutan dan penghisapan setiap 2 – 4 jam
-          Cairan parenteral
-          Terapi antipiretik untuk kontrol demam
-          Terapi antibiotik

2.2  EMBOLI PARU-PARU
2.2.1 SIGNS AND SYMPTOMS
Pada emboli akan kita dapatkan trombus yang terlepas dari tempat lekatnya, yang kemudian akan diangkut melalui pembuluh darah dan selanjutnya antara lain dapat menyebabkan terjadinya emboli paru-paru.
-          Sesak nafas yang timbul mendadak, dimana penderita kemudian menjadi ketakutan dan kadang-kadang ia merasakan nyeri pada sisi dimana emboli itu terdapat.
-          Bunyi pernafasan seperti yang terdapat pada orang yang akan meninggal dunia.
-          Warna sianotis pada muka penderita.
-          Mengeluarkan sputum berdarah.
-          Manifestasi gejala-gejala gawat.

2.2.2. PENANGANAN
Penderita tersebut mendapat istirahat di tempat tidur danpada umumnya mereka akan memperoleh zat asam serta obat anti koagulansia. Pada pemberian obat antikoagulansia, misalnya markoumar atau sintrom, tidak jarang akan kita temukan :
-          Adanya bercak-bercak berwarna biru
-          Perdarahan yang berasal dari hidung, mulut, tenggorokan, kandung kemih (dengan ditemukannya darah dalam air kemih penderita) serta usus (dengan ditemukannya darah dalam tinja yang dikeluarkannya)

2.3  ASTHMA
2.3.1  DEFINISI
Asma adalah inflamasi dan spasme akut dari otot halus pada bronkus dan bronkeolus ; dengan peningkatan produksi dan perlengketan mukus ;

2.3.2  ETIOLOGI
penyebab paling sering adalah hipersensitivitas alergi pada zat asing, tetapi dapat dicetuskan oleh infeksi atau stres fisik (misal : udara dingin, latihan ) atau psikologis ; dicirikan dengan mengi bilateral dan penumpukan sekresi.
Penderita pernapasannya berbunyi dan merasa sakit akibat kejangnya otot-otot bronchial.

2.3.4. PENYAKIT ASMA DAN KEHAMILAN
Penyakit asma dan kehamilan kadang – kadang bertambah berat atau malah berkurang. Dalam batas wajar penyakit asma tidak banyak pengaruhnya terhadap kehamilan. Penyakit asma yang berat dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim melalui gangguan pertukaran O2 dan CO2..  Pengawasan hamil dan pertolongan persalinan dapat berlangsung biasa, kecuali terdapat indikasi pertolongan pesalinan dengan tidakan operasi. Bila bidan berhadapan dengan kehamilan disertai asma sebaiknya berkonsultasi dengan dokter sehingga dapat melakukan pengawasan bersama.

2.3.5  DIAGNOSTIK
-          pemeriksaan sputum : eosinofilia dengan reaktivitas elergi
-          hitung sel darah lengkap (JDL) dengan diferensial : leukositosis, eusinofilia, hemoglobin di atas rata-rata (Hb) dan hematokrit (Hb) dengan hipoksemia kronis.
-          Evaluasi gas darah
Peningkatan PCO2 : bila 50 – 60 , memerlukan ventilasi.
Penurunan cepat pada pH dan asidosis pernapasan.
-          Penurunan saturasi O2
-          Pemeriksaan sinar X dada
Ekspansi paru berlebihan
Mengesampingkan pneumotoraks, atelektasis, pneumonia, pneumomediastinum
-          Tes fungsi pulmoner
-          Tes sensitivitas
-          Pengaturan diet sesuai indikasi

2.3.6  PENATALAKSANAAN MEDIS
-          Lingkungan sejuk, lembab dan teroksigenasi
-          Bronkodilator (Simpatominetik dan metilxantin) melalui jalur IV dan nebulisasi.
-          Pemantauan untuk kadar terapeutik dari heofilin.
-          Drainase postural, perkusi, dan penghisapan sesuai toleransi untuk membersihkan jalan napas (Mulai hanya setelah jalan napas terbuka dan sekresi bergerak )
-          Kortikosteroid IV
-          Hidrasi IV
-          Cairan jernih atau puasa tergantung pada bratnya distres pernapasan.
-          Pengobatan terhadap infeksi bakteri penyerta engan antibiotik

2.3.7  ASMA BRONKIAL
Asma bronkial sering merupakan penyakit keturunan.

2.3.8  DIAGNOSIS ASMA BRONKIAL
Diagnosis biasanya mudah didapat, karena wanita telah sering berobat kepada dokter atau pengobatan nonmedis :
-          Menghindari kemungkinan infeksi pernapasan dan tekanan emosionil karena ini akan memperberat penyakit primer.
-          Kehamilan, persalinan dan nifas akan berlangsung seperti biasa tanpa gangguan kecuali datang serangan asma yang berat (status asmatikus). Dalam hal ini diberikan obat-obatan dan oksigen. Kala II diperpendek dengan tindakan ekstraksi vakum atau forseps.
-          Apabila ada indikasi obstetrik untuk seksio Caesaria bekerja sama dengan ahli anestesi untuk memilih narkosa yang paling aman, biasanya anestesi lumbal atau kaudal.
-          Obat-obatan : sama saja dengan obat-obatan asma pada masa tidak hamil, aminofilin, efidrin, epinefrin dan kortikosteroid. Pemberian kortikosteroid harus hati-hati pada kasus pre-eksklamasi, karena obat ini menyebabkan retensi cairan dan kenaikan tekanan darah uga harus tersedia tabung oksigen untuk menghadapi status asmatikus.
-          Untuk menjarangkan kelahiran, pemakai kontrasepsi atau tubektomi dianjurka kepada keadaan dimana menjadi lebih berat pada setiap kehamilan dan persalinan.

2.4  PNEUMOTHORAX SPONTAN
2.4.1  PATOFISIOLOGI
Pada keadaan ini, rongga pleura tiba-tiba terisi udara akibat robekan ke dalam dari suatu cyste paru-paru. Tiba-tiba timbul rasa sakit dada dan dyspnoea. Penderita biasanya seorang laki-laki muda yang sebelumnya sehat dan adanya cyste dalam paru-parunya tidak terduga.


2.5  BRONCHITIS
2.5.1  ETIOLOGI
Pada bronchitis acute dyspnoea disebabkan karena pembengkakan selaput lendir bronchi dan adanyapengeluaran lendir yang berlebihan di dalamnya. Pada bronchitis chronis, yang sering berkaitan dengan emphysema, biasanya napas penderita berbunyi, sesak napas dan dyspnoea.

2.6  EMPHYSEMA
2.6.1 ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI
Pada keadaan ini pelebaran alveoli menghalangi pernapasan normal. Dyspnoea merupakan gejala yang menonjol. Sering ada cyanosis pada pipi dan bibir, dan dada menjadi berbentuk tong dan hyper resonant.

2.7  COLLAPS PARU-PARU
2.7.1 ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI
Sesak napas datangnya tiba-tiba bila bronchus tersumbat oleh benda asing, lendir atau oleh jendalan darah, dan datangnya lambat bila sumbatannya diakibatkan karena carcinoma bronchus atau karena tekanan terhadapnya oleh keganasan pada kelenjar getah bening.

2.8  FIBROSIS PARU-PARU
2.8.1 DEFINISIDAN ETIOLOGI
Sesak napas disebabkan karena hambatan pengaliran gas melalui dinding alveoli.

3.  PENYAKIT DARAH
3.1  ETIOLOGI
Sesak napas terjadi apabila suatu anaemia begitu beratnya sehingga tidak cukup zat asam dibawa ke jaringa-jaringan karena kekurangan sel-sel darah merah atau karena kadar haemoglobin dalam sel-sel tersebut berkurang. Keadaan ini dapat timbul pada :
1.            Kehilangan darah berlebihan
2.            Anaemia defisiensi besi
3.            Anaemia perniciosa
4.            Anaemia haemolytica
5.            Anaemia aplastica
6.            Leukaemia

4.      KEADAAN-KEADAAN LAIN
4.1  ETIOLOGI
Sesak napas dapat disebabkan karena :
§    Pengeluaran tenaga (exertion). Keadaan disini normal dansesak napas harus berhentipada akhir pengeluaran tenaga.
§    Kecemasan. Ada orang yang menanggapi tekanan jiwa dengan bernapas cepat.
§    Hysteria. Terengah-engah dan bernapas berlebihan dapat merupakan pencetusan dan hysteria.
§    Kehamilan, ascites atau pembesaran perut akibat sebab-sebab lain : tekanan pada diaphragma dapat menimbulkan sesak napas.





















TABEL HASIL PEMERIKSAAN PADA BEBERAPA KELAINAN PARU-PARU YANG UMUM

Kelainan
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
1
2
3
4
5

Asma bronkial



Pneumotoraks (komplit)

Efusi pleura (banyak)



Atelektasis (obstruksi lobaris)

Konsolidasi (pnemonia)

Hiperinflasi
Menggunakan otot-otot tambahan

Lambat pada sisi sakit

Lambat pada sisi sakit



Lambat pada sisi sakit


Mungkin lambat atau terhambat pada sisi sakit

Ekspansi berkurang
Fremitus melemah



Fremitus menghilang


 Fremitus melemah
Trakea dan jantung terdorong menjauhi sisi sakit

Fremitus melemah
Trakea dan jantung terdorong ke sisi sakit

Fremitus mengeras

Hiper resonant diaphragma rendah


Hiper resonant atau timpani

Pekak atau datar



Pekak atau datar


Pekak


Ekspirasi memanjang
Mengi


Suara napas menghilang

Suara napas menghilang



Suara napas menghilang


Bunyi napas bronkial Bronkofoni
Pektoriloqui


* Dari Hinshaw HC, Murray JF :Disease of the chest. 4th edition. Philadelphia. WB Saunders Company, 1980, page 23. used by permission.


DAFTAR PUSTAKA


1. Standar Perawatan Pasien
2. M. Tierney Jr, Lawrence, dkk. 2002. Diagnosis dan Terapi Kedokteran Ilmu Penyakit Dalam. Penerbit : Salemba Medika
3. Kozier Erb Oliveri. 2002. Fundamentals of Nursing. 2nd ed. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
4. Prof. Dr Rustam Mochtar, MPH.2003. Sinopsis Obstetri.Edisi 2. Penerbit : Buku Kedokteran EGC
5. Prof Dr. Ida Bagus G. M. 2005. Ilumu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan.Penerbit : Buku Kedokteran EGC.
6. Uliyah, Masrifatul. 2005. Kebutuhan Dasar Manusia. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
7. Dr.Med Ahmad. 2003. Kamus Kedokteran. Jakarta : Djambatan
8. Lehrer. 1991. Memahami Bunyi Paru-paru Dalam Praktek Sehari-hari.Jakarta : Binarupa Aksara
9.  Dr. Soedarto DTMH, Ph.D. 1990. Penyakit-penyakitInfeksi di Indonesia.Jakarta : Widya Medika.
10. Ilmu Keperawatan II

Tidak ada komentar:

Posting Komentar